Jumat, 31 Oktober 2008

Ruh Pemberdayaan Masyarakat

Apa sesungguhnya ruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)? Ruh tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah rasa syukur manusia terhadap segala anugrah nikmat dan rahmat yang diberikan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Rasa syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa ini diwujudkan dengan menyukuri apa yang telah dilimpahkan kepada kita semua, baik berupa tubuh dan badan yang sehat, ‘daya’ atau kemampuan yang diberikan, anugerah sumber daya alam yang ada di sekitar kita, yang semuanya dapat dimanfaatkan dalam batas-batas yang diperintahkan Allah SWT, agar memberikan keselamatan bagi semua dalam ridho-Nya.

Mengapa kita harus bersyukur dan mensyukuri Nikamt Allah SWT? Dengan selalu bersyukur kepada Allah SWT, maka terkandung di dalamnya ada pembangunan karakter perorangan, keluarga, masyarakat dan bangsa. Siapa saja yang mampu bersyukur, maka dia akan selalu rendah hati, selalu sadar dan paham bahwa semuanya karena ridho Allah SWT. Tidak akan seseorang akan merasa tinggi hati dan menyombongkan diri bila ia pandai bersyukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian, merupakan janji Allah SWT bahwasanya bilamana seseorang atau suatu kaum bersyukur atas segala nikmat yang diberikan-Nya, maka Allah SWT akan melipat-gandakan Nikmat-Nya. Ini janji Allah SWT, yang sudah pasti atau haqqul yaqqin terwujud. Bukan janji manusia atau janji suatu organisasi/lembaga. Apakah kita masih meragukan akan Janji Allah SWT?

Bilamana seluruh kelompok masyarakat, peserta PNPM Mandiri beserta para fasilitatornya, beserta siapa saja yang berkaitan dengan PNPM Mandiri mampu bersyukur dan mampu menyukuri kemampuan dan sumber daya alam yang diberikan dengan memanfaatkannya sesuai dengan perintah-Nya, maka mereka termasuk kepada golongan yang diberikan rahmah dari Allah SWT yang berlipat ganda. Bilamana semua kelompok masyarakat dan akhirnya seluruh komponen bangsa Indonesia demikian, maka bangsa dan negara Indonesia akan menjadi negara yang diselamatkan oleh Allah SWT dari segala bencana dan musibah dan juga akan dikeluarkan dari jerat-jerat kemiskinan. Ini yang sebenarnya menjadi hakikat atau Ruh PNPM Mandiri.

Manusia sebagai mahluk Tuhan, adalah mahluk yang paling lengkap yang telah diciptakan-Nya. Kerena itu potensi yang ada pada manusia sangatlah besar. Salah satu potensi yang ada adalah potensi untuk saling berbagi dan memberi terhadap sesama mahluk Allah yang membutuhkan. Sebagai mahluk sosial, manusia tidak bisa lepas tangan dari fungsi-fungsi sosialnya. Kenyataan tersebut merupakan sunattullah karena manusia adalah khalifah dimuka bumi ini. Sebagai khalifah, memberdayakan segenap potensi yang ada baik yang ada pada dirinya maupun yang ada pada orang lain atau lingkungan sekitarnya merupakan wujud pertanggungjawabnya terhadap fungsi kekhalifahannya serta bukti eksistensinya sebagai manusia.

Seluruh manusia, bahkan yang paling papa dan fakir miskin-pun, pasti mempunyai ‘daya’ atau kemampuan ataupun yang dikatakan potensi diri. Bilama manusia sudah tidak mempunyai ‘daya’ atau potensi diri, maka sejak lama telah musnah terseleksi oleh hukum alamiah. Pemberdayaan masyarakat yang menjadi pendekatan utama dalam PNPM Mandiri adalah untuk membangunkan daya atau potensi diri kelompok masyarakat tersebut. Selain potensi diri dibangunkan dan diperkuat, semangat dan motivasi masyarakat juga dibangkitkan. Motivasi dan semangat masyarakat akan bangkit dengan sendirinya bilamana mereka mengerjakan sesuatu yang menjadi impian-impiannya sendiri, cita-citanya sendiri dan bukan impian-impian orang lain. Bilamana masyarakat mengetahui akan dibantu untuk mewujudkan impian-impiannya, untuk usahanya, untuk kesehatan dan pendidikan anak-anaknya, untuk kebaikan dirinya, maka masyarakat bahkan rela untuk berkorban untuk mengorbankan apapun untuk mewujudkan impian-impiannya. Disinilah inti PNPM Mandiri.

PNPM Mandiri membantu masyarakat mewujudkan impian-impianya sendiri, untuk dirinya, keluarganya, masyarakatnya, lingkungannya dan seterusnya. Bukan impian para fasilitator dan konsultannya, bukan impian Tim Pengendali PNPM Mandiri, bahkan bukan impian elit-elit desa atau kecamatan serta kabupaten/kotanya. Ini impian mereka sendiri, yang menginginkan sekolah yang terbaik, kesehatan yang terbaik dan usaha yang maju dan sebagainya. Kekuatan sebuah impian sangat besar dan mampu membangkitkan tekad, motivasi dan semangat yang kuat. Dunia banyak diubah oleh orang-orang yang mempunyai impian yang besar.

Peran dan fungsi manusia dalam memberdayakan dirinya sendiri dan sesama manusia serta memberdayakan lingkungan sekitarnya sangatlah kontekstual serta relevan dengan perintah agama. Di dalam bahasa agama manusia yang paling baik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya serta lingkungannya. Kemudian frase-frase tersebut diperkuat lagi dengan ungkapan bahwa siapa saja yang ingin mengenal Tuhannya, maka dia harus mengenal dirinya sendiri. Siapa saja yang ingin mengenal dirinya, maka dia harus mengenal lingkungan sekitarnya.

Pengertian secara bebas dan sederhana bahwa manusia yang paling baik adalah manusia yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lainnya adalah bahwa manusia tersebut dapat memanfaatkan segenap potensi yang ada pada dirinya secara maksimal untuk kepentingan dan kebaikan orang lain serta lingkungan sekitarnya. Potensi tersebut mencakup tenaga, harta benda, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.

Dengan kemampuan dan potensi yang ada manusia dapat merubah kondisi dirinya, orang sekitarnya serta lingkungan disekitarnya. Artinya manusia adalah subyek pertama dan utama yang menjadi fokus pemberdayaan atau pengangkatan derajat manusia itu sendiri. Kemudian, manusia haruslah memiliki kepekaan sosial dan lingkungan yang tinggi. Hal itu dibuktikan dengan penegakan nilai-nilai kemanusian, gotong royong, saling berbagai, kasih sayang. Dengan begitu, orang lain akan sangat merasakan manfaatnya kehadiran kita.

Proses pemberdayaan masyarakat dalam PNPM Mandiri dimulai dengan mengenali potensi diri, keluarga dan masyarakat serta lingkungan sekitar. Ini adalah upaya memetakan kemiskinan mereka secara partisipatif dan juga mengenali potensi-potensi yang mereka punyai. Ini adalah upaya untuk mewujudkan rasa Syukur kepada Allah SWT, bahwa ternyata Allah SWT telah memberikan berkah dan rahmah-Nya dalam diri kita dan di sekitar kita. Tanpa kita sadari, kita telah diberikan-Nya bakat-bakat terpendam untuk bercocok tanam, untuk mencari ikan, untuk membuat kerajinan, dan berbagai bakat lain. Tanpa kita sadari di sekitar kita banyak sekali rahmah dari Allah SWT yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan kita. Di dekat kampung kita ada sungai yang deras yang dapat menggerakan pembangkit listrik mikro hidro. Di kebun kita ada pohon kelapa yang dapat dimanfaatkan batok kelapanya menjadi barang kerajinan yang diminati oleh internasional sehingga mampu mendatangkan devisa dan bernilai tambah tinggi. Rasa syukur akan membuahkan kesadaran, bahwa ternyata Allah SWT sudah membekali kita dengan berbagai rahmah-Nya. Timbul pertanyaan, jadi mengapa kita jadi miskin seperti sekarang? Padahal kita dan di sekitar kita telah diberikan begitu banyak Rahmah-Nya dalam berbagai bentuk? Mestinya kalau kita berusaha, kita tidak akan jatuh dalam kemiskinan. Ini kekuatan kesadaran yang akan menumbuhkan semangat dan tekad dari dalam diri mereka. Tapi kita tidak bisa apa-apa? Kemampuan kita tidak besar? Maka kita harus berkelompok, saling membantu, saling memperkuat. Disinilah mengapa PNPM Mandiri mempersyaratkan adanya kelompok masyarakat sebagai sasarannya. Semangat kerukunan dan kegotong-royongan sosial ekonomi ditumbuhkan dan dikuatkan di masyarakat.

Masuk pada tahap penggalian gagasan, maka kelompok-kelompok masyarakat diajak untuk merancang mimpinya, cita-citanya. Apa yang sebenarnya mereka inginkan selama ini untuk mereka sendiri, untuk keluarganya, untuk desanya, untuk masyarakatnya dan seterusnya. Ini adalah tahap yang terpenting dari seluruh proses pemberdayaan masyarakat. Ini adalah tahapan “dream building”. Bilamana impiannya baik, maka baiklah seluruh proses pemberdayaan dan sebaliknya bilamana impian atau gagasannya tidak baik, misalnya dana BLM-nya lebih baik bagi rata atau untuk biaya perhelatan sambil menanggap orkes dangdut, toh sama juga dengan syukuran, maka akan kacau balaulah seluruh proses pemberdayaan masyarakat dan tidak akan menghasilkan insan-insan yang berdaya dan mandiri.

Pada tahap inilah, upaya untuk menyukuri segala karunia Allah SWT dimulai. Menyukuri nikmat Allah SWT pada haklikatnya adalah menjalankan upaya-upaya dengan memanfaatkan segala potensi yang diberikan, baik potensi diri maupun potensi sumberdaya alam dan binaan yang ada di sekitarnya, dengan tetap sesuai dengan perintah Allah SWT dan tidak menciptakan kerusakan. Bila ada sungai disana tidak dikotori dengan sampah, bila ada hutan tidak ditebang, bila ada terumbu karang tidak menggunakan bom ikan untuk mencari ikan karena akan menghancurkan terumbu tersebut dan sebagainya. Dimasukkanlah ke dalam pelatihan masyarakat dalam PNPM Mandiri mengenai pembelajaran tentang memelihara dan menjaga alam agar tetap lestari. Ini wujud menyukuri nikmat Allah SWT. Walaupun ada pemanfaatan alam, namun sepenuhnya buat kemaslahatan bersama serta tidak dimanfaatkan secara serampangan.

Penutup

PNPM sebagai aplikasi dari ungkapan rasa syukur atas segala nikmat dan rahmat Allah hanya menjadi salah satu upaya saja untuk membuka cakrawala peluang yang lebih luas bagi masyarakat. Selebihnya masyarakat umum ikut mengimplementasikan rasa syukur tersebut dengan cara membuat lembaga-lembaga pemberdayaan masyarakat atau paling tidak masyarakat ikut prihatin atau merasakan apabila ada orang disekitar mereka dalam kesusahan. Jadi, yang menjadi ruh paling tinggi dalam PNPM adalah sifat kemanusia dan ketaqwaan manusia itu sendiri.

Tujuan kemanusiaan dari PNPM Mandiri adalah terbentuknya individu dan kelompok masyarakat yang pandai bersyukur dan menyukuri segala Nikmat serta Rahmah dari Allah SWT. Menjadikan insan-insan yang selalu berbuat kebajikan dan kebaikan. Menjadi insan-insan yang lebih condong untuk memberi kepada orang lain daripada meminta dan menuntut. Bila ini terwujud di masyarakat, maka nilainya tidak dapat dihitung dan dibandingkan bahkan dengan anggaran PNPM Mandiri yang dilipatgandakan sehingga menjadi ratusan trilyun rupiah.

Bilamana insan-insan, keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia di seluruh pelosok bisa menjadi insan dan masyarakat yang demikian, maka Indonesia akan menjadi bangsa dan negara yang sejahtera lahir batin, sehat, cerdas, maju, dan mandiri dan yang paling utama mendapat keselamatan dan ridho dari Allah SWT, dihindarkan dan dijauhkan dari segala bencana dan musibah apapun. Dikarenakan itu tadi, janji Allah SWT diwujudkan di Indonesia karena masyarakat dan bangsanya pandai bersyukur dan menyukuri segala nikmat-Nya. Insya Allah.

Di Muat di Majalah KOMITE Edisi 1 November 2008

Senin, 27 Oktober 2008

Percepat Program Penanggulangan Kemiskinan

Perekonomian global akhir-akhir ini sedang dalam kondisi yang kurang menggembirakan. Krisis keuangan dan melemahnya perekonomian yang terjadi di Amerika Serikat menimbulkan berbagai macam sikap dan reaksi dari pemerintah di seluruh belahan dunia. Berbagai langkah strategis diambil agar krisis ini tidak berimbas buruk pada perekonomian global.

Kondisi semacam ini, sekecil apapun tentu juga akan memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia. Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat tersebut dikhawatirkan berimbas juga pada pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan yang ada. Beberapa dampak terhadap kemiskinan dan pengangguran diperkirakan akan mulai terasa pada semester I tahun 2009. Dampak yang paling terasa adalah pada angka pengangguran yang dipicu oleh maraknya pemutusan hubungan kerja.

Kewaspadaan terhadap efek negatif dari kondisi tersebut memang sangat diperlukan. Namun, seperti yang diserukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kita semua dalam menghadapi krisis keuangan dan resesi ekonomi global, bangsa Indonesia harus tetap tenang dan tidak panik. Kita semua diharapkan tetap berpikir rasional agar jalan dan solusi bisa ditemukan.

Pemerintah dan semua pihak terkait terus berusaha untuk mengatasi agar dampak krisis finansial global ini bisa diminimalkan. Berbagai program dalam memberikan perlindungan terhadap rakyat tetap menjadi prioritas dan menjadi langkah penting yang dilakukan pemerintah. Anggaran dalam APBN dan APBD mesti dijalankan dengan baik agar program tetap berjalan. Sehingga proteksi terhadap rakyat kecil terutama kebutuhan sehari-hari, biaya kesehatan, pendidikan dan layanan publik lainnya tidak mengalami gangguan.

Untuk menghadapi masalah krisis ekonomi global, pemerintah akan mempercepat Program Penanggulangan kemiskinan. Langkah pengamanan program prioritas terus dilakukan pemerintah guna mengantisipasi dampak tersebut. Pemerintah juga tetap melakukan berbagai program penanggulangan kemiskinan. Pelaksanaan program pengentasan kemiskinan tersebut dilakukan melalui 3 klaster program penanggulangan kemiskinan yaitu: pertama, mengenai bantuan dan perlindungan sosial. Kedua, pemberdayaan masyarakat melalui PNPM Mandiri, dan ketiga, pemberdayaan UMK melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Dalam rangka menguatkan komitmennya dalam menanggulangi kemiskinan, pemerintah memastikan pada tahun 2009 ini tidak akan ada pengurangan alokasi anggaran untuk program penanggulangan kemiskinan meski krisis keuangan dunia diperkirakan berdampak terhadap keuangan dalam negeri.

Berjalan Baik

Pengaruh kondisi perekonomian saat ini memang memberikan sedikit dampak pada perubahan traget program yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dengan pertimbangan kondisi krisis keuangan global diprediksi akan mempengaruhi kelancaran penyaluran kredit maka pemerintah menurunkan target penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk 2008 dari Rp 14 triliun menjadi Rp 12 triliun.

Padahal jika kita evaluasi, program KUR selama ini dalam proses penyalurannya dapat dinilai sudah sangat baik. Kita bisa lihat realisasinya hingga bulan Oktober dana yang tersalurkan sebesar Rp.10,9 triliun atau mengalami kenaikan sekitar Rp800 miliar jika dibandingkan dengan bulan Agustus mencapai Rp10,11 triliun (67,39%) dengan jumlah debitur 1.193.524 orang (59,92%) dengan rata-rata kredit per debitur sebesar Rp8,47 juta. Sementara itu untuk tahun depan diperkirakan penyaluran KUR akan mencapai Rp22,5 triliun hingga Rp24 triliun untuk 2,5 juta debitur.

Disamping itu tingkat kredit macet (Non Performing Loan/NPL) penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga akhir September 2008 hanya sebesar 0,17%. Dengan tingkat kredit macet sebesar itu relatif kecil dan patut disambut positif di tengah ancaman krisis finansial yang melanda dunia.

Upaya pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan dengan berbagai program lain yang tercakup dalam tiga klaster program penanggulangan kemiskinan juga telah berjalan dengan baik. Di klaster pertama, program bantuan dan perlindungan sosial seperti raskin, BLT, Jamkesmas, BOS, dan program PKH berjalan sesuai target.

Untuk program Raskin misalnya, hingga 8 Oktober telah telah menyalurkan beras raskin sebanyak 2,349 juta ton atau 70,29 persen dari pagu sebesar 3,342 juta ton kepada 18,7 juta rumah tangga miskin. Sementara untuk Program Keluarga Harapan masih dilakukan uji coba kepada 621.000 RTSM di 13 Provinsi, 70 kabupaten dan 629 kecamatan.

Pembayaran Bantuan Langsung Tunai (BLT) tahap pertama sudah mencapai 87,32% dari target 19,1 juta rumah tangga sasaran. Sementara pembayaran tahap dua baru sekitar 61,9%.

Untuk program jaminan kesehatan masyarakat, Kepemilikan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) juga sudah merambah sebanyak 71,4 juta jiwa dari target 73,7 juta jiwa dengan realisasi dana yang disalurkan Rp 1,2 triliun. Sedangkan realisasi Program Bantuan Operasional Sekolah BOS sudah mencapai 65,9 persen dari target untuk siswa miskin SD, kemudian siswa miskin SMP sebesar Rp 251,485 miliar, sedangkan untuk siswa SMA sebanyak 56,4 persen dari target Rp 242,2 miliar.

Program penanggulangan kemiskinan yang termasuk klaster kedua yang dilaksanakan melalui program PNPM Mandiri telah terealisasi sebanyak Rp 7,14 triliun di 36.400 desa, dan tahun 2009 akan disalurkan PNPM sebesar Rp 9,7 triliun.

Penutup

Dengan melihat kondisi perekonomian saat ini, percepatan pelaksanaan 3 (tiga) klaster program penanggulangan kemiskinan akan terus dilaksanakan sebagai langkah mengantisipasi krisis global.

Pemerintah juga bertekad untuk fokus dan berkonsentrasi memproteksi, melindungi, dan memastikan kebutuhan rakyat, seperti pangan, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik yang lain agar tidak terganggu ketika krisis keuangan global menerpa seluruh negara di dunia.

Berbagai program yang sangat penting yaitu pengurangan kemisikinan tetap prioritas dan tidak terganggu sama sekali dengan melanjutkan program penanggulangan kemiskinan antara lain:

Pertama, mempercepat pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang tercakup dalam tiga klaster yaitu: klaster pertama jaminan dan perlindungan sosial yang mencakup program BLT, Raskin, BOS, Jamkesmas, PKH. Klaster kedua, berupa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan klaster ketiga, program pemberdayaan Usaha kecil dan Menegah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Kedua, menjaga stabilitas kebutuhan pokok rakyat yang khususnya pangan dan bahan bakar. Dan ketiga, melanjutkan program-program yang mendorong investasi, penciptaan kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi.

Dengan berbagai langkah tersebut diharapkan mampu meminimalisir dampak negatif dari krisis keuangan dan resesi ekonomi global terhadap upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dan penanggulangan kemiskinan.

Di muat di Majalah KOMITE Edisi 2 Oktober 2008

“Lebar-an” dan Kemiskinan

Kalaulah kemiskinan itu berbentuk manusia sungguh aku akan membunuhnya” (Ali Bin Abi Thalib)

Perayaan Lebaran selalu menjadi proses budaya yang menarik di Indonesia. beragam tradisi unik yang berkembang di masyarakat selalu menjadi bumbu orkestrasi dalam menyambut datangnya lebaran atau Hari Raya. Rutinitas Lebaran yang digelar setiap tahun selalu dipenuhi dengan romantika tradisi mudik, saling bermaafan, ataupun nyekar (ziarah).

Secara bahasa, banyak orang yang belum mengerti arti kata tersebut. Memang tidak ada referensi yang kuat mengenai kata lebaran. Ada yang menyatakan bahwa Lebaran berasal dari bahasa Jawa, “lebar” yang berarti pungkasan, atau habis. Lebaran identik dengan kemenangan, karena sebagaimana kita ketahui bahwa sebulan penuh umat Islam berpuasa, melawan segala bentuk nafsu.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, lebaran diartikan sebagai hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama sebulan.

Kata “lebar-an” jika dihubungkan dengan penanggulangan kemiskinan dalam konteks arti di atas tentu memiliki relevansi karena tujuan dari program tersebut adalah lebaran (habisnya) orang miskin. Dalam artian semua orang miskin dapat dientaskan sehingga dapat lebih luas lagi menjalani kehidupanya.

Namun untuk saat ini tujuan tersebut tentu belum sepenuhnya berhasil diraih. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2007 yang berjumlah 37,17 juta (16,58 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta.

Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan turun lebih tajam dari pada daerah perkotaan. Selama periode Maret 2007-Maret 2008, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,42 juta, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,79 juta orang.

Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan juga tidak banyak berubah. Pada bulan Maret 2007, sebagian besar (63,52 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan, sementara pada bulan Maret 2008 persentase ini hampir sama yaitu 63,47 persen.

Belum Sempurna

Jika dilihat dari jumlah penduduk yang mayoritas memeluk agama Islam tentu kondisi kemiskinan di negeri ini sangat ironis dan menampilkan kejanggalan ketika masih banyak orang yang berada dalan kondisi miskin.

Padahal banyak seruan dalam Qur’an dan Hadits yang menyatakan pembelaan terhadap kaum miskin (advocation to poor). Salah satunya adalah konsep umum zakat yang bisa diturunkan pada praktik-praktik yang lebih khusus. Asumsi dasarnya adalah bahwa dalam harta si kaya terdapat hak si miskin yang bisa ditagih atas nama Tuhan.

Di Indonesia sendiri, potensi zakat nasional yang yang dapat digali nilainya diperkirakan Rp19,3 triliun per tahun. Akan tetapi jumlah yang besar tersebut belum sepenuhnya terrhimpun dan terkelola dengan baik. Dana yang terhimpun dari semua badan amil zakat baru sekitar Rp900 miliar. Jumlah tersebut jika dibandingkan dengan seluruh potensi zakat yang ada, yang dihitung dengan asumsi jumlah pembayar zakat sebanyak 40 juta orang di seluruh Indonesia dapat dibilang baru sebagian kecilnya saja.

Hal ini menunjukkan bahwa kesempurnaan konsep ternyata belum dapat diwujudkan secara sempurna pula dalam perwujudannya. Tengok saja, peristiwa tragis dengan merenggut nyawa orang miskin justru terjadi saat realisasi keingginan mulia membagikan zakat pada pertengahan bulan ini. Kejadian tragis dalam pemberian kepada kaum miskin dari kaum mampu tentu dapat dihindari apabila program pelaksanaanya dikelola dengan baik.

Banyak kalangan yang menilai bahwa insiden pembagian zakat di Pasuruan yang menewaskan 21 orang dinilai sebagai sebuah potret kemiskinan yang melanda bangsa Indonesia. Bahkan tidak sedikit yang menganggap sebagai indikasi peningkatan angka kemiskinan di Tanah Air.

Anggapan tersebut tentu tidaklah sepenuhnya benar. Peristiwa tersebut bukan berarti membantah penurunan angka kemiskinan yang telah berhasil dicapai oleh pemerintah. Tahun 2008 merupakan capaian jumlah lah angka kemiskinan yang terendah selama sepuluh tahun terakhir. Tingkat kemiskinan juga mengalami penurunan dari 17,7 persen pada 2006 menjadi 15,4 persen pada Maret 2008. Selain itu, anggaran untuk program-program pengurangan kemiskinan meningkat sekitar tiga kali lipat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

Lalu apa sebenarnya pokok persoalannya? Menurut almarhum Nurcholis Majid, persoalan sebenarnya terletak pada kemampuan umat mendayagunakan Islam untuk mengurai benang kusut kemiskinan di negeri ini. Bahkan, Cak Nur berulang kali mengingatkan agar Islam bisa menjadi agama yang bernilai guna tidak hanya secara ukhrawi (akhirat), namun juga duniawi. Karena suatu agama tidak akan mendatangkan arti sepanjang tak mampu memberi manfaat konkret bagi kehidupan nyata.

Sejak awal kehadirannya, Islam dengan tegas membela hak-hak kaum budak dan buruh agar mencapai derajat manusia yang bermartabat. Islam menghendaki tatanan masyarakat tanpa kelas ekonomi dan kesenjangan sosial. Tidak mengherankan jika penerapan zakat sangat ”keras” pada zaman khulafaurrasyidin.

Pada zaman Umar Bin Khatthab diserukan bahwa penerima zakat tahun ini harus mampu menjadi pemberi zakat tahun depan. Tujuan adalah sebagai upaya untuk memfungsikan zakat sebagai alat pengentasan kemiskinan yang permanen. Logikanya, semakin banyak orang mampu berzakat maka kesenjangan sosial itu akan semakin dapat dipersempit.

Penutup

Perayaan lebaran tentunya bukan sekedar rutinitas tahunan yang digelar dengan berbagai tradisi “pesta”. Perayaaan lebaran juga sebagai wujud solidaristas sosial dan kesamaan derajat sebagai mahluk Tuhan.

Perayaan lebaran jangan sekedar dimaknai telah selesainya kewajiban sebulan puasa Ramadhan namun juga patut diperkaya dalam makna dan tindakan antara lain: Pertama, Lebaran merupakan peringatan hari raya, sehingga persoalan kepedulian sosial dan kedermawanan sosial pada kaum miskin tetap harus dijaga bahkan semakin diperluas (diper-lebar) di hari selanjutnya.

Kedua, Perayaan lebaran semestinya semakin merekatkan jalinan antar sesama manusia dalam berbagama berbangsa dan bernegara. Kebersamaan dan persatuan sesama warga negara tentu akan menjadi modal yang besar dalam mewujudkan tujuan pembangunan. Sehingga lebaran merupakan momentum yang sangat berharga untuk meretas jalan pengentasan kemiskinan di negeri ini. Semoga.

Di muat di Majalah KOMITE Edisi 1 Oktober 2008

Selamat Idul Fitri 1429 H

Minal Aidin Walfaidzin Mohon Maaf Lahir dan Bathin

Semoga Ibadah Puasa Kita Diterima Allah SWT


Sujana Royat & Keluarga


Kepekaan Sosial

Tingkatkan rasa kesetiakawanan sosial. Itulah pesan himbauan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada seluruh rakyat Indonesia menyambut ibadah puasa 1429H.

Semua orang Islam baik tua atau muda, laki-laki maupun perempuan di wajibkan menjalankan puasa di saat bulan Ramadhan. Status sosial dan kekayaan tak bisa menjadi pembeda kewajiban antara yang satu dengan yang lain. Betapapun kaya dan tinggi status sosial seseorang, pada bulan Ramadhan ia tetap memiliki kewajiban yang sama untuk berpuasa.

Puasa memberikan pengalaman menderita karena lapar, haus, dan tidak terpenuhinya berbagai kebutuhan yang biasa dapat terpenuhi tatkala tidak berpuasa. Dengan menjalankannya, semestinya, kita menyadari bahwa kondisi yang demikian itu kerapkali dialami kalangan fakir miskin.

Dengan puasa, kita dididik untuk mengembangkan sense of awareness terhadap derita rakyat miskin dan diharapkan dapat menumbuhkan sikap empati dan simpati kepada mereka.

Di Indonesia, kemiskinan masih menimpa sekitar 34,96 juta orang atau 15,42 persen dari total penduduknya menjadi tantangan yang harus diatasi dengan partisipasi dan keberpihakan semua pihak. Mereka yang belum tercukupi hak-hak dasarnya tersebut sebenarnya ingin membebaskan diri dengan kekuatan sendiri. Namun pada kenyataannya masih banyak yang tidak berdaya sehingga membutuhkan uluran dan bantuan baik dari masyarakat maupun pemerintah.

Kemiskinan dan ketertinggalan memang seyogyanya dihapuskan dari kehidupan semua orang. Untuk itu dalam penanggulangan kemiskinan ada hal penting yang harus diperhatikan yaitu karakteristik preferensi yang terkait dengan “ketidakberdayaan” kaum miskin.

Sebagai anggota komponen masyarakat, selanjutnya kita dapat lebih lanjut memberikan bukti aktualisasi diri melalui aneka kegiatan sosial di masyarakat dalam rangka mememarangi kemiskinan dalam pengertian yang holistik. Dengan demikian kita semua memiliki peran yang strategis dalam membangun bangsa dan negara.

Orang-orang yang berpuasa baik dalam artian transendetal maupun sosial diharapkan mampu merefleksikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, mereka diharapkan mampu menjadi motivator dalam memerangi dam menanggulangi kemiskinan.

Hal itu akan tercipta sebagai konsekuensi dari pembentukan pribadi yang mengerti akan arti haus dan lapar. Sehingga timbul keinginan yang kuat untuk menghapuskan kemiskinan dari kehidupan sesamanya.

Di sinilah fungsi puasa dapat menjelma dalam tataran aksi sosial dan menjadi energi yang menggerakkan kita untuk berlomba-lomba menjadi makhluk yang senantiasa memerangi kemiskinan. Bagi saudara kita yang miskin akibat konstruksi sosial harus dibantu untuk bangkit dari kepasrahan menerima kondisi.

Oleh karena itu, ibadah puasa yang dijalankan selam sebulan penuh ini hendaknya dapat diimplementasikan dalam ranah sosial. Seorang yang menunaikan puasa hendaknya dapat menjadi inspirator menebarkan empati dan kesetiakawanan.

Pembinaan pribadi yang ditempuh melalui puasa tersebut menjadikan lebih peka terhadap masalah-masalah sosial. Tingkat rasa empati yang semakin kuat setelah menjalankan puasa harus mampu menggerakkan kita untuk aktif berpartisipasi dan berpihak terhadap orang yang hidup dalam kemiskinan.

Hindari Konsumerisme

Pada hakekatnya bulan Ramadhan selalu diharapkan akan membawa perbaikan. Ramadhan berfungsi sebagai wahana dalam mensucikan jiwa dan menjalankan berbagai ibadah.

Akan tetapi, bulan Ramadhan yang juga ikut berproses dengan berbagai fenomena global dan lokal mengakibatkan sebagian orang meninggalkan esensi nilai-nilai yang ada di bulan tersebut.

Walter Armburst, seorang Sosiolog dari University of Oxford pernah menyimpulkan bahwa Ramadhan selanjutnya menjadi peristiwa yang dapat dipergunakan untuk tujuan yang multiguna. Ramadhan dapat dijadikan sarana dalam mewujudkan berbagai tujuan semisal target penjualan produk, merangsang konsumsi, hingga mempromosikan sikap politik.

Pada bulan ini, masyarakat seakan selalu disibukkan dengan pemenuhan konsumsi saat buka puasa atau sahur. Pusat-pusat belanja baik tradisonal ataupun moderen pun selalu ramai pengunjung. Padahal selama seharian dalam sebulan umat Islam tidak makan dan minum tetapi ajaibnya konsumsi makanan justru meningkat. Ini membuktikan tingkat konsumerisme meningkat drastis pada bulan ini. Tak heran jika para pelaku bisnis menjadikan kedatangan Ramadhan sebagai salah satu the most important business period.

Penutup

Nilai dan semangat yang terkandung dalam puasa sebagai ibadah penyadaran tentang ketidakberdayaan sosial harus direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui ibadah puasa diharapkan mampu diimplementasian tindakan penyejahteraan sosial. Adanya kesadaran yang memberikan sikap tidak akan tinggal diam ketika melihat kemiskinan dengan selalu memberikan upaya transformatif manakala realitas sosial tidak berpihak pada orang miskin.

Jika setiap individu memiliki pemahaman yang sama akan ‘pelajaran’ sosial dari ibadah puasa maka rasa empati dan solidaritas sosial dapat membuat kemiskinan dan berbagai eksesnya dapat tertanggulangi. Di samping tentu dengan adanya berbagai kebijakan dari pemerintah yang tepat dan sungguh-sungguh berpihak pada kaum miskin.

Apabila kedua aspek tersebut bisa diwujudkan maka pada gilirannya bangsa ini akan segera menggapai kemakmuran, kemandirian, dan kejayaan serta bangsa yang berbakti sosial.

Dimuat di Majalah KOMITE Edisi 2 September 2008